Senin, 24 Mei 2010

Tidak Ada Kaitan AIDS dengan Daerah

Tanggapan terhadap Berita Harian ”Riau Pos”

Oleh Syaiful W. Harahap*

Jakarta, 17/10-2003. Berita “AIDS di Riau Capai 253 Kasus” yang dimuat di Harian “Riau Pos” edisi 17 Oktober 2003 dapat memicu permusuhan dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Pernyataan yang menyebutkan “Selama ini di Indonesia maupun di Provinsi Riau, penekanan program HIV/AIDS lebih ditujukan pada kelompok pekerja seks saja. Asumsinya dasarnya karena pekerjaan mereka masuk dalam kelompok rentan HIV” jelas tidak akurat karena tidak ada kelompok yang rentan HIV karena sebagai virus HIV tidak bisa membeda-bedakan kelompok.

Kerentanan terhadap HIV terjadi karena perilaku berisiko seseorang yaitu (1) melakukan hubungan seks penetrasi (heteroseks, anal seks, oral seks, biseks) di dalam dan di luar nikah tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) melakukan hubungan seks penetrasi (heteroseks, anal seks, oral seks, biseks) di dalam dan di luar nikah tanpa kondom dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, (3) menierma transfusi darah, dan (4) menggunakan jarum suntik secara bergiliran.

Pada bagian lain disebutkan pula “Inhil dan Rohil menyusul terancam bahaya maut AIDS kiriman yang dibawa si penjaja seks dari tanah Jawa dan sekitarnya”. Pernyataan ini sangat tidak etis karena sudah memvonis dan merupakan pernyataan yang tidak berpijak pada kaidah ilmiah. Sebagai orang yang bekerja di dinas kesehatan pernyataan Drs Rosmawati ini amat tidak pantas karena ybs. membuat pernyataan yang tidak akurat. Apakah tidak ada penduduk Riau yang melakukan perilaku berisiko di luar Riau? Bisa jadi epidemi HIV di Riau justru terjadi secara horizontal antar penduduk. Kalau ada penduduk Riau yang tertular HIV di luar Riau maka jika dia kembali ke Riau maka akan terjadi penularan horizontal kepada istrinya jika ybs. sudah beristri atau kepada pasangan seksnya.

Angka kasus HIV/AIDS di Riau sebagian besar terdeteksi di kalangan pekerja seks. Jika separuh saja dari 253 (126,5) kasus itu terdeteksi pada pekerja seks tentulah sudah ratusan bahkan ribuan penduduk Riau yang berisiko tertular HIV yaitu penduduk yang melakukan hubungan seks yang tidak aman dengan pekerja seks. Kalau seorang pekerja seks setiap malam menerima tamu rata-rata 3 maka setiap malam ada 379,5 penduduk Riau yang berisiko tertular HIV. Satu bulan jumlahnya 11.385. Bayangkan kalau pekerja seks itu baru terdeteksi setelah dia terinfeksi berbulan-bulan tentulah angkanya kian membengkak.

Dari hitung-hitungan di atas ada kemungkinan kasus HIV/AIDS di Riau justru jumlahnya jauh di atas angka resmi yang dikeluarkan Depkes. Angka kaasus HIV/AIDS di Riau kian besar kalau sudah ada penduduk yang menggunakan narkoba dengan suntikan. Jadi, jangan hanya menyalahkan pendatang. Ini penyangkalan yang akan menohok diri sendiri.

* Penulis pemerhati masalah HIV/AIDS melalui LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta (E-mail: infokespro@yahoo.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar