Senin, 24 Mei 2010

Menjadi PSK Enak?

Tanggapan terhadap Berita Harian “Radar Bromo”

Oleh Syaiful W. Harahap*

Jakarta, 1/12-2003. Berita “Ditanya Orgasme, Dijawab Mesem” yang dimuat Harian “Radar Bromo” edisi 31 Oktober 2003 menggambarkan keterpurukan PSK (pekerja seks komersial) sebagai manusia. Tak ada empati dalam berita itu.

Pernyataan hakim, Abdul Kohar SH, seperti dikutip wartawan “Pekerjaan ini memang enak dan mudah dapat uang” merupakan asumsi karena tidak didukung dengan fakta empiris. Beberapa penelitian tentang PSK menunjukkan mereka terpaksa menggeluti pekerjaan itu karena berbagai alas an. “Tawa kami adalah tangis hati kami”. Itulah kata-kata yang keluar dari mulut PSK jika ditanya dengan empati.

Maaf, Pak Hakim, apa benar menjadi PSK enak? Bukankah tidak lebih enak menjadi koruptor? Ketika korupsi dan praktek KKN mendera negeri ini tak satu pun wartawan yang menyebutkan koruptor dan pelaku KKN sebagai ‘orang yang tidak bersusila’. Sebaliknya, PSK dicap sebagai ‘wanita tuna susila’, sedangkan laki-laki yang menyetubuhi mereka tidak dikatakan ‘pria tuna susila’. Ini jelas tidak adil.

Tarif yang mereka tetapkan tidak semuanya mereka kantongi. Ada bagian calo, mucikari, keamanan, preman, dll. Sayang, wartawan yang menulis berita itu tidak mengaitkan berbagai fakta empiris yang terkait dengan praktek prostitusi. Ini menunjukkan wartawan memakai sudut pandang moral ketika menulis berita sehingga berita yang muncul tidak komprehensif.

PSK merupakan penduduk yang tercerabut dari komunitasnya sehingga mereka berada pada posisi powerless dan voiceless. Dalam berita itu wartawan menjadi ‘hakim’ yang menjadikan PSK sebagai objek (berita) sehingga tidak ada empati sama sekali.

Empati bukan simpati karena kalau simpati berita yang muncul hanyalah sensasi. Empati adalah upaya untuk menyelami perasaan PSK dan menjadikan mereka sebagai subjek berita sehingga muncul berita yang komprehensif.

* Penulis pemerhati masalah HIV/AIDS melalui LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta (E-mail: infokespro@yahoo.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar