Sabtu, 29 Mei 2010

Berita dengan Muatan Moral yang Menimbulkan Sensasi

Tanggapan terhadap Berita di Haraian ”Cenderawasih Pos”

Oleh Syaiful W. Harahap*

Jakarta, 5/8-2008. Berita ”Aparat Kepolisian di Wamena Dibekali Soal HIV/AIDS” di Harian ”Cenderawasih Pos”, Jayapura, 4 Agustus 2008 menunjukkan pemahaman yang tidak akurat terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis. Berita itu menimbulkan sensasi karena ada kesan selama ini HIV/AIDS hanya ada di kalangan pekerja seks komersial (PSK), waria, dan homoseksual. Padahal, penularan HIV sama sekali tidak ada kaitannya secara langsung dengan pekerjaan.

Di penghujung tahun 2005 media massa nasional memberitakan perihal 12 anggota Polda Papua dan 48 anggota Kodam XVII Trikora yang tertular HIV/AIDS. Tahun 2008 muncul lagi berita perihal calon tantama Polda yang terdeteksi HIV-positif

Kasus yang menimpa polisi itu menjadi lumrah kalau dikaitkan dengan berita ini. Soalnya, dalam berita disebutkan: “ .... agar tidak terjangkit virus HIV/AIDS itu hal yang paling utama diketahui oleh personil Polri adalah meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah dan menjauhi semua perbuatan yang berbau maksiat”. Ini disampaikan oleh salah seorang staf Mabes Polri yang datang ke Wamena untuk memberikan pembekalan kepada polisi di sana terkait dengan HIV/AIDS.

Pernyataan pejabat polisi ini jelas merupakan mitos (anggapan yang salah). Pertama, apa alat ukur dan bagaimana mengukur iman dan taqwa? Kedua, bagaimana takaran iman dan taqwa yang bisa mencegah penularan HIV?

Hal yang sama terjadi kepada tentara kita yang menjadi Pasukan Perda-maian di Kamboja. Sebelas di antara mereka tertular HIV. Sebaliknya, tentara Belanda yang juga bersama tentara Indonesia tdiak ada yang tertular HIV. Mengapa hal ini (bisa) terjadi? Ya, tentara Indonesia hanya dibekali dengan wejangan, sedang-kan tentara Belanda selain membawa bedil mereka pun dibekali pula dengan kondom untuk ‘si kecil’.

Kalau polisi, tentara dan aparat di Papua khususnya dan di Indoensia umumnya hanya dibelai dengan wejangan maka tidak mengherankan kalau kemudian ada saja di antara mereka yang tertular HIV. Selama ini pemahaman sebagian besar penduduk terhadap HIV/AIDS sangat rendah karena materi komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibumbi dengan norma, moral, dan agama sehingga yang muncul hanya mitos.

Promosi kondom, misalnya, ditentang habis-habisan dari berbagai kalangan. Yang kontra mengatakan kondom mendorong orang berzina. Ini keliru karena l’hidung belang’ justru enggan memakai kondom dengan berbagai alasan.

Kalau saja petinggi polisi dan tentara mau mengubah paradigma dari tatanan moral ke fakta medis ketika memerikan pembekalan tentang HIV/AIDS tentulah akan lain hasilnya. Mereka akan memahami cara-cara pencegahan yang akurat sehingga angka infeksi baru dapat ditekan.

Berita ini tidak menggambarkan realitas terkait dengan perilaku berisiko di Wamena, terutama tingkat pemakaian kondom pada hubungan seks dengan PSK.

* Penulis pemerhati masalah HIV/AIDS melalui LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta (E-mail: infokespro@yahoo.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar