Sabtu, 29 Mei 2010

Risiko di Balik Kematian Odha

Tanggapan terhadap Berita di Harian ”SIB”

Oleh Syaiful W. Harahap*

Berita “107 Penderita HIV/AIDS di Sumut Meninggal” di Harian “SIB”, Medan, 1 Desember 2008. Judul berita ini merupakan fakta yang bisa ditarik ke realitas sosial terkait dengan epidemi HIV. Tapi, sayang wartawan yang menulis berita ini tidak mengembangkan fakta untuk menulis berita yang komprehensif. Tanpa disadarinya berita ini hanya bersifat talking news yaitu berita murni hanya dari hasil wawancara.

Angka kematian penderita HIV/AIDS itu merupakan masalah besar terhadap epidemiologi HIV. Seorang Odha (Orang dengan HIV/AIDS) sudah tertular HIV antara 5-10 tahun sebelum dia meninggal dunia pada masa AIDS. Banyak orang yang tidak menyadari dirinya sudah tertular HIV sebelum masa AIDS karena tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang kahs AIDS pada fisiknya.

Tapi, pada rentang waktu itu seorang Odha sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain melalui: (a) hubungan seks tanpa kondom di dalam atau di luar nikah, (b) transfusi darah yang tidak diskrining HIV, (c) jarum suntik dan alat-alat kesehatan yang tercemar HIV, dan (d) air susu ibu (ASI) pada proses menyusui.

Nah, kalau di Sumut sudah ada 107 orang yang meninggal dunia karena penyakit yang terkait AIDS maka selama 5-10 tahun mereka sudah menularkan HIV kepada orang lain. Bagi yang beristri menularkan HIV kepada istrinya (horizontal). Kalau istrinya tertular maka ada risiko penularan kepada bayi yang dikandungnya kelak. Bisa juga yang beristri menularkan HIV kepada perempuan lain, seperti pasangan seks selain istrinya atau pekerja seks komersial (PSK). Sedangkan yang tidak beristri menularkan HIV kepada pasangan seksnya atau PSK.

Realitas inilah yang sering tidak muncul sehingga masyarakat tidak memahami fakta terkait dengan epidemi HIV.

* Penulis pemerhati masalah HIV/AIDS melalui LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta (E-mail: infokespro@yahoo.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar