Jumat, 14 Mei 2010

AIDS di Asmat Mencari Kambing Hitam

Tanggapan terhada Berita di Harian “KOMPAS”

Oleh Syaiful W. Harahap*

Jakarta, 18/11-2002. Laporan “KOMPAS” tentang HIV/AIDS di Asmat (Selamatkan Suku Asmat dari Miras dan HIV/AIDS, TEROPONG, 18/11-2002) yang mencuat justru mitos dan kambing hitam. Dulu nelayan Thailand yang dituding sebagai ‘pembawa’ HIV ke Merauke. Sekarang pencari kayu gaharu dan pekerja seks.

Dalam laporan itu disebutkan kasus HIV/AIDS ditemukan di Merauke tahun 1992 pada nelayan Thailand dan PSK mulai masuk pun 1992. Tetapi, mengapa tidak dipersoalkan orang Asmat yang keluar dari Asmat sebelum 1992? Pematung dari Asmat pameran ke P. Jawa bahkan ke luar negeri. Mahasiswa asal Asmat belajar ke P. Jawa. Pejabat sering ke luar Asmat.

Dalam laporan Ditjen PPM&PL Depkes sampai 31 Maret 1995 tercatat tiga kasus AIDS di Papua. Secara statistik masa AIDS terjadi antara 5-10 tahun, jadi ketiga penduduk itu sudah terinfeksi antara tahun 1985-1990.

Laporan tersebut sama sekali mengabaikan kemungkinan kalau awal epidemi HIV di Asmat dan Papua justru terjadi karena penularan horizontal antar penduduk lokal. Penduduk lokal tertular di luar Asmat kemudian kembali ke daerahnya. Kalau mau jujur bisa saja yang menulari PSK justru penduduk lokal.

Disebutkan pula ada pemeriksaan terhadap 80 PSK, tetapi tidak dijelaskan apakah PSK itu dites ketika pertama kali masuk ke Asmat. Kalau tidak dites, maaf, siapa nyana mereka justru tertular di Asmat.

Laporan UNAIDS menunjukkan di negara-negara yang tidak ada bar, karaoke, bioskop dan lokalisasi pelacuran pun ada kasus HIV/AIDS. Kalau berpijak kepada fakta ini maka persoalan di Asmat sama dengan persoalan di negara-negara yang membentengi diri dengan agama tetapi tetap ada kasus HIV/AIDS. Mengapa? Ya, karena penduduknya tertular di luar negaranya.

Jadi, yang perlu dipersoalkan adalah mengapa penduduk Asmat tidak melindungi diri? Soalnya, penularan HIV dapat dicegah dengan cara-cara yang sangat rasional dan realistis. Biar pun gaharu ditukar dengan seks kalau semuanya dilakukan dengan aman tentu penularan HIV dapat ditekan sampai nol.

Salah satu judul laporan itu (Merauke Dicekam Monster HIV/AIDS) amat sensasional. Sub judul (Generasi Muda Jadi Sasaran) pun menambah kacau karena HIV tidak pernah menyerang. Di mana saja di muka bumi ini kemungkinan tertular HIV pasti ada kalau seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV. Kasus global HIV/AIDS yang mencapai 40 juta merupakan satu entry global karena penularan HIV tidak bisa dibentengi dengan batas administratif kota, daerah atau negara.

Sayang, KOMPAS hanyut dalam sensasi.

* Penulis pemerhati masalah HIV/AIDS melalui LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta (E-mail: infokespro@yahoo.com).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar