Selasa, 09 Februari 2010

Tanggapan terhadap Kutipan Faizatul Rosyidah dari ‘Surat Pembaca’ Harian “Radar Jember”

Ketika membaca ”KRITIK ISLAM TERHADAP STRATEGI PENANGGULANGAN HIV-AIDS BERBASIS PARADIGMA SEKULER-LIBERAL DAN SOLUSI ISLAM DALAM MENANGANI KOMPLEKSITAS PROBLEMATIKA HIV-AIDS” yang merupakan tulisan Faizatul Rosyidah [Pusat Studi Intelektual Muslimah (PSIM) Unair Surabaya] di http://www.scribd.com/doc/17476485/Kritik-Islam-Terhadap-Strategi-Penanggulangan-HivAids-Berbasis-Paradigma-Sekulerliberal-Dan-Solusi-Islam-Dalam-Menangani-Kompleksitas-Problematika-H saya penasaran karena ada kutipan dari “Radar Jember”.
Dalam tulisan itu Faizatul Rosyidah menyebutkan: Sungguh suatu kebodohan yang menyesatkan, menyatakan bahwa “Masalah HIV hanyalah masalah medis semata yang tidak berkaitan dengan perilaku seks bebas.”18 Sesuai dengan catatan kaki maka ini merupakan kutipan dari “Surat Pembaca” di Harian “Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 “Info KesPro. Berita Aids yang Menyesatkan”.

Belakangan saya ingat saya pernah mengirimkan tanggapan terhadap berita ”Kondom Tak Efektif Atasi AIDS” yang dimuat di harian ”Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 untuk “Surat Pembaca”. Karena “Surat Pembaca” tidak bisa dibaca di situs koran ini maka tanggapan itu kemudian dimuat di Newsletter ”infoAIDS”, Nomor 11/I/Januari 2008.

Faizatul Rosyidah menulis: Sungguh suatu kebodohan yang menyesatkan, menyatakan bahwa ”Masalah HIV hanyalah masalah medis semata yang tidak berkaitan dengan perilaku seks bebas.” Karena kutipan ini ditandai dengan tanda petik berarti kutipan langsung. Setelah saya baca ulang surat yang saya kirimkan ke redaksi Harian ”Radar Jember” di newsletter ”infoAIDS” ternyata tidak ada kalimat itu.

Karena saya tidak membaca surat pembaca yang berisi tanggapan saya maka saya tidak tahu persis bagaimana surat saya diedit oleh ”Radar Jember”. Kalau berpatokan kepada surat yang saya kirim sama sekali tidak ada pernyataan ”Masalah HIV hanyalah masalah medis semata yang tidak berkaitan dengan perilaku seks bebas.”

Lalu, dari mana Faizatul Rosyidah mengutip pernyataan ”Masalah HIV hanyalah masalah medis semata yang tidak berkaitan dengan perilaku seks bebas” sebagai kutipan dari Surat Pembaca di Harian ”Radar Jember”? Soalnya, dalam ”Surat Pembaca” tidak ada pernyataan itu.

Ini copy surat pembaca yang saya kirim ke ”Radar Jember” yang kemudian dimuat di Newsletter ”infoAIDS”.

Syaiful W. Harahap
LSM (media watch) ”InfoKespro” Jakarta

Surat Pembaca
Berita AIDS yang Menyesatkan


Berita ”Kondom Tak Efektif Atasi AIDS” yang dimuat di harian ”Radar Jember” edisi 11 Desember 2006 lagi-lagi menunjukkan pemahaman terhadap HIV/AIDS yang tidak akurat. Akibatnya, yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.

Ada beberapa hal yang tidak akurat dalam berita itu sehingga akan menyesatkan masyarakat yang pada gilirannya membuat masyarakat lengah karena tidak memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis.

Pertama, disebutkan ” .... kondom hanya bisa mencegah masuknya sperma saat berhubungan seks, tetapi tidak menjamin bisa menghalangi masuknya virus mematikan itu melalui kondom. ” Ini tidak akurat karena HIV tidak bisa melepaskan diri dari air mani (bukan sperma karena di sperma tidak ada HIV) sehingga kalau air mani sudah tertampung di dalam kondom maka HIV pun ada di dalam kondom. Pemakaian virus mematikan tidak pas karena HIV tidak mematikan.

Kedua, disebutkan pula ” .... yang diperlukan bukan kondomisasi, namun gerakan moral semua elemen masyarakat untuk mencegah penyimpangan seks maupun kebebasan seks di tengah-tengah masyarakat.” Tidak ada kegaitan kondomisasi. Ini pernyataan yang menyesatkan. Kemudian tidak ada kaitan langsung antara penyimpangan seks dan kebebasan seks dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, terjadi kalau salah satu atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan laki-laki atau perempuan tidak selalu memakai kondom ketika melakukan hubungan seks. Sebaliknya, kalau dua-dua HIV-negatif maka tidak ada penularan HIV biar pun ’penyimpangan seks’, ’kebebasan seks’, melacur, zina, anal atau oral seks, jajan, selingkuh, atau homoseksual.

Ketiga, pemateri dr Rifa tidak fair karena tidak menyebutkan keberhasilan penggunaan kondom dalam menurunkan insiden penularan HIV melalui hubungan seks seperti yang terjadi di Afrika, Thailand, dll.

Keempat, disebutkan ” .... bahan yang digunakan kondom adalah pori-pori lateks yang hanya berdiameter 1/60 mikron. Maka, pori-pori kondom lebih besar daripada virus HIV/AIDS.” Ini tidak akurat karena kondom yang dipasarkan di Indonesia adalah yang terbuat dari getah lateks yang sama sekali tidak mempunyai pori-pori. Kondom yang berpori-pori adalah kondom yang terbuat dari usus binatang dan tiadk dijual di Indonesia.

Kelima, disebutkan pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan ’mencegah meluasnya pergaulan seks di kalangan masyarakat.” Ini jelas mitos karena yang menjadikan agama dan kitab suci sebagai UUD pun tetap ada kasus HIV. Di Arab Saudi, misalnya, sampai awal tahun ini sudah dilaporkan lebih dari 10.000 kasus HIV/AIDS.

Keenam, disebutkan HIV/AIDS belum ditemukan obatnya. Untuk diketahui ada penyakit yang tidak ada obatnya (demam berdarah), dan ada pula penyakit yang ada obatnya tapi tidak bisa disembuhkan (diabetes dan darah tinggi). HIV/AIDS bisa diobati karena sudah ada obatnya tapi tidak bisa disembuhkan.

Ketujuh, disebutkan ” .... penyebab utama penularan virus tersebut adalah seks bebas, homoseks dan lesbianisme.” Lagi-lagi ini tidak akurat dan hanya mitos. Tidak ada kaitan langsung antara seks bebas, homoseks, dan lesbianisme dengan penularan HIV. Apa, sih, yang dimaksud dengan seks bebas? Kalau seks bebas diartikan zina maka jelas tidak ada kaitan langsung antara zina dengan penularan HIV. Penularan HIV melalui hubungan seks, di dalam atau di luar nikah, bisa terjadi kalau salah atau atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan tidak memakai kondom setiap hubungan seks. Sebaliknya, kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak ada penularan HIV biar pun seks bebas, homoseks atau lesbianisme.

Selama materi KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) tentang HIV/AIDS tetap dibalut dengan moral dan agama maka yang akan ditangkap masyarakat hanya mitos. Inilah yang menyesatkan karena masyarakat tidak mengetahui cara-cara pencegahan yang akurat dan realistis. Pada gilirannya pandemi HIV akan menjadi ’bom waktu’ bagi ledakan kasus AIDS.

[Sumber: Newsletter ”infoAIDS”, Nomor 11/I/Januari 2008]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar